Pengalaman Seru Jadi Surveyor Ke Daerah Banjarwangi
Udara
pagi menyelinap dari celah jendela kamar mengusik tidurku. Melewati
jalan bekelok dan beberapa tikungan tajam ku tancap gas motor semakin
kencang. Sambutan udara pagi pegunungan dan harumnya yang khas
menghentikan laju motor ini. Perut yang keroncongan memaksa kaki ini
untuk menghampiri sebuah warung kecil di pinggir jalan dekat sebuah batu
besar tinggi menjulang.
Menikmati pemandangan alam sekitar untuk
istirahat, duduk dan mencicipi hangatnya teh manis buatan si ibu pemilik
warung. Hangatnya teh manis menghangatkan suasana pagi kala itu.
Bertegur sapa, sesekali kutanyakan tentang sebuah kampung bernama
'Cidatar'. dan yes akhirnya dapatlah sedikit informasi tambahan mengenai
kampung tersebut. Segelas teh manis dan beberapa gorengan cukuplah
untuk menyemangati perut dalam petualangan kali ini. Perut sudah tidak
prtotes lagi, informasinya juga sudah dapat dan semangatpun mulai
bangkit lagi.
Bergegas meninggalkan warung dan go go go CIDATAR.....
Perkebunan teh tak nampak lagi, kanan kiri jalan kini berganti
pemandangan menjadi ladang ladang milik penduduk setempat. Jalan aspal
kini telah berubah menjadi jalan batu terjal yang bercampur tanah merah.
Awalnya masih semangat meski jalannya mirip dengan sungai kering. Hanya
bisa ketawa terbahak bahak ketika motor mau jatuh. Masih juga terlihat
para petani yang sedang bercocok tanam. O yeah Perjalanan yang sangat
seru. Semakin jauh jalannya semakin hancur, Busset dah ini jalan ngajak
ribut. ''Mendingan kalo pake motor trail, lah ini pake motor matic
asruk-asrukan ka jero gunung, mana musim hujan''. Nah disini mulah deh
nyalinya ciut dan kepikiran untuk pulang. '' kalau bukan yang penting
penting banget ogah banget nerusin ini perjalanan.
Katakan
WoW unuk jalan ini, tambah stres aja jadinya. Parah jalannya mas bro.
Semakin jauh, terus, terus dan terus eh belum sampai juga. Sudah males
bertanya, setiap orang yang saya tanya jawabnya ''sudah dekat a,sedikit
lagi, itu di depan'' sudah dekat tapi tetep aja jauh. Berpasan dengan
dengan petani yang sedang mengendarai motor mengangkut hasil panennya.
Yang ini jawabanya paling jujur. ''Wah masih jauh Cidatar mah, lagian
kalo mau ke daerah sini mah jangan pake motor matic atuh''
''Yah si bapa kalau tau jalanya kaya gini mah ogah pake motor trail juga''
''Tapi hebatlah bisa sampai sini pake motor matic''
''Hebat, hebat, ini dalam rangka terpaksa dan memaksakan diri he he'' jawabku
Belok kiri, belok ka kanan, turunan, tanjakan, turunan lagi tanjakan lagi dan alhamdulillah meskipun dengan bercucuran keringat akhirnya tiba juga di Kampung Cidatar. Antara bersyukur dan penyesalan. Bersyukur karena telah sampai ditujujan dan menyesal karena teleh memilih kampunp ini.
Yang memperparah keadaan itu adalah kepikiran pulang pas baru saja tiba. ''Nanti pulangnya gimana?''
Ditambah
hujan, ditambah lagi pak Rw yang dituju tidak ada ditempat karena
sedang ada di ladangnya yang jauh disana. Kepaksa nungguin pak Rw pulang
dengan perasaan tidak tenang dan harap harap cemas.
PAASSRRRAH, kata istrinya sebentar lagi pulang.
Dalam hati ''Sebentar dari mana orang saya nunggu sudah hampir empat jam''.
Jam
dua siang pak Rw baru datang, dan tanpa basa basi langsung ke target
pembicaraam. Setelah ngobrol dan dapat izin langsung bergegas menuju
rumah rumah warga yang sudah ditentukan untuk di wawancarai.
Jam
sudah menunjukan jam lima sore. Perut yang sejak tadi siang protes
belum juga terisi nasi. Seolah tak ingin kehilangan banyak waktu protes
sang perutpun terus saya tahan. Lapar pun mulai terlupakan dengan
quisioner yang belum selesai. Tepat sesuai dugaan. Semua beres saat
adzan magrib berkumandang. Uuckh lega rasanya. Akhirnya saia bisa
bernafas panjang.
Respoden
terakhir berbaik hati mau mengizinkam saya untuk menginap dan memberi
makan. Namun tanda tangan Pak Lurah belum dapat, membuat bingung antara
menginap dan pulang saat itu juga. Pemiilik rumah malah tetap memaksa
saya untuk menginap karena khawatir dengan kondisi jalan bekas hujan
ditambah malam semakin gelap.
Setelah
mencari informasi mengenai jalan mana yang aman, akhirnya saya
memberanikan diri untuk puĺang. Cemas, tegang, takut dan degdegan
bercampur aduk jadi satu. Malam, hujan dan dingin yang mencekam, turunan
tajam semua komplit.
Post a Comment for "Pengalaman Seru Jadi Surveyor Ke Daerah Banjarwangi"